Mbah Bonto, Warisan Mistis Blitar Selatan
Di balik kawasan tandus Blitar Selatan, tersimpan kisah mistis yang dipercaya turun-temurun oleh masyarakat Dusun Pakel, Desa Kebonsari. Dialah Mbah Bonto, atau dikenal juga sebagai Kyai Bonto, sebuah wayang kayu peninggalan Kerajaan Mataram yang dipercaya memiliki kekuatan gaib dan bisa berubah wujud menjadi macan putih. Cerita ini bukan sekadar dongengābagi warga sekitar, ini adalah realitas spiritual yang terpelihara hingga hari ini.
Asal Usul dan Sejarah Mbah Bonto
Peninggalan Kerajaan Mataram yang Dikeramatkan
Wayang kayu ini diyakini berasal dari era abad ke-17, saat Kerajaan Mataram masih berjaya. Bersama dua patihnyaāwayang kayu berwujud seperti Pragata dan ButoāMbah Bonto disimpan dalam kotak kayu di rumah Musiman, seorang mantan perangkat desa. Bentuk fisik Mbah Bonto menyerupai Semar, tokoh punakawan dalam dunia pewayangan Jawa.
Menurut cerita, Mbah Bonto dibawa ke Blitar Selatan oleh Pangeran Prabu, tokoh yang diasingkan dari Kerajaan Mataram karena dituduh merencanakan kudeta terhadap Paku Buwono I. Dalam perjalanannya, Pangeran Prabu membawa serta pusaka-pusaka kerajaan, termasuk Mbah Bonto dan Gong Kyai Pradah.
Jelmaan Macan Putih dan Kisah Mistisnya
Penampakan yang Bikin Merinding
Salah satu legenda paling kuat tentang Mbah Bonto adalah kemampuannya menjelma menjadi macan putih berukuran besar. Banyak warga yang mengaku pernah melihat langsung sosok macan tersebut, termasuk Mbah Jarni, juru kunci generasi ketiga dari penjaga Mbah Bonto.
Dalam berbagai pengakuan, macan putih ini sering muncul tanpa ada tanda-tanda khusus. Kadang, ia muncul saat Mbah Jarni sedang memohon petunjuk spiritual atau saat ada seseorang datang untuk ngalab berkah.
Ritual dan Tradisi yang Masih Dilestarikan
Siraman dan Ngalab Berkah
Setiap tanggal 12 Maulud dan 1 Syawal, warga menggelar upacara siraman air kembang setaman untuk memandikan Mbah Bonto. Ritual ini merupakan bagian dari wasiat Pangeran Prabu, dan dipercaya membawa manfaat luar biasa, seperti kesembuhan penyakit dan awet muda. Air bekas siraman pun dibagikan kepada warga yang membutuhkan.
Tak hanya di Dusun Pakel, upacara serupa juga dilakukan di Kelurahan Kalipang, tempat disimpannya Gong Kyai Pradah, pusaka yang juga dipercaya memiliki kekuatan serupaāyakni bisa menjelma menjadi macan putih.
Peran Spiritual dan Budaya Masyarakat Blitar
Legenda Mbah Bonto bukan hanya kisah mistis, tapi juga bagian penting dari identitas budaya masyarakat Blitar Selatan. Di tengah tantangan hidup di lahan kering, masyarakat tetap teguh menjaga warisan ini dengan penuh hormat. Hal ini membuktikan bahwa budaya lokal tetap hidup di tengah modernitas.
Potensi Wisata Budaya dan Spiritual
Dari Legenda ke Destinasi Wisata
Cerita Mbah Bonto menyimpan potensi besar sebagai daya tarik wisata spiritual dan budaya. Jika dikelola dengan baik, Dusun Pakel bisa menjadi destinasi unggulan di Blitar Selatan, bersanding dengan tempat-tempat wisata lainnya seperti Pantai Tambakrejo dan Candi Penataran.
Pemerintah desa dan komunitas budaya setempat dapat mengembangkan paket wisata budaya, termasuk napak tilas legenda Mbah Bonto, kunjungan ke lokasi pusaka, hingga menyaksikan langsung ritual siraman. Dengan pendekatan yang bijak, budaya lokal bisa menjadi sumber ekonomi baru tanpa kehilangan nilai sakralnya.
Kesimpulan: Mbah Bonto, Simbol Kearifan Lokal yang Tak Lekang Zaman
Kisah Mbah Bonto adalah cermin betapa kaya dan dalamnya kearifan lokal masyarakat Blitar Selatan. Di tengah zaman yang makin modern, legenda seperti ini menjadi pengingat akan akar budaya dan spiritualitas masyarakat Jawa. Melalui pelestarian tradisi dan penghormatan terhadap pusaka leluhur, kita menjaga sejarah dan identitas budaya agar tetap hidup dan diwariskan ke generasi mendatang.